Skip to main content

Serigala Merah

Hari ini adalah kegiatan terakhir di kampus. Setelah dua hari habis-habisan dikerjain senior dan panitia orientasi mahasiswa baru. Aku adalah Mary. Seperti mahasiswa lainnya yang harus bangun pagi untuk datang ke kampus, karena hari ini adalah hari terakhir masa orientasi. Setelah Aku lulus SMA, Aku melanjutkan di Universitas ini. Universitas ini bukan termasuk universitas yang populer di kotaku. Mahasiswanya pun tak terlalu banyak, karena jurusan di universitas ini juga tak terlalu banyak. Tapi Universitas ini sedang membangun banyak fasilitas dan gedung baru. Tapi di tulisan ini Aku tak ingin menceritakan bahkan promosi kampusku tapi ada yang aneh di sini, bukan senior dan panitia orientasi yang galak dan semaunya sendiri tapi tentang Serigala Merah. Mungkin kalian akan langsung bertanya dalam hati "Apa itu Serigala Merah?". Nanti, tenang, Kita akan segera membahas ke sana, tapi ijinkan Aku menceritakan kisah ini dari awal.

Pagi ini di kampus seperti dua hari kemarin, semua mahasiswa baru dukumpulkan di aula kampus untuk diberi bimbingan terakhir dan pengarahan apa yang harus dilakukan hari ini. Kemarin oleh panitia kita semua sudah diminta untuk membawa baju ganti dan setiap mahasiswa baru diberi surat ijin oleh pihak kampus yang berisi permohonan ijin untuk menginap di kampus. Dipikiranku hari terakhir acara party dan senang-senang saja, semua pikiranku yang menyenangkan dan tawa teman-teman terhenti ketika salah satu panitia meminta perhatian kita semua.
"Mohon tenang semuanya, Saya mewakili dari semua senior akan membacakan peraturan untuk hari ini hingga besok pagi. Peraturan ini harus kalian patuhi, selain peraturan seharian ini kalian akan diberi kegiatan yang dikerjakan secara kelompok" Suara keras salah satu panitia ini menggema di dalam aula. Semua mahasiswa baru menerima selebaran yang berisi peraturan.
"Saya akan pandu kalian dari sini. Seperti yang tertulis di selebaran itu Kalian semua harus membuat kelompok yang terdiri dari 4 sampai 6 orang. Masing-masing kelompok akan mengambil undian yang berisi tugas kalian untuk malam ini. Silahkan mulai mecari teman untuk membuat kelompok" Kata panitia kita sambil membaca selebaran yang diberikan ke semua mahasiswa baru. Dan langsung semuanya berdiri dari tempat duduk, mencari teman yang mau diajak membuat kelompok.
Aku langsung menoleh ke kanan dan ke kiri, berharap ada yang mengajakku untuk bergabung di kelompoknya. Dari kejauhan ada pria yang berdiri dan mulai berjalan mendekatiku, oh ternyata Andi. Andi sendiri adalah temanku semasa SMA yang juga sekarang masuk di Universitas yang sama denganku.
"Mer, udah ada yang ngajak gabung belum?" Tanya Andi.
"Belom ada ini, yaudah sih kita bikin kelompok aja. Kamu coba cari satu orang lagi gih, siapa tau ada yang mau. Aku mau ngajak Kevin sama Rina" Jawabku sembari Aku berdiri mencari Kevin dan Rina yang duduk di depan. Andi pun balik ke tempatnya semula untuk mencari satu orang lagi yang mau diajak bergabung.
Kevin dan Rina ini semacam sepasang kekasih yang tak terpisah. Aku kenal mereka ketika masa orientasi hari pertama. Aku berjalan melewati beberapa orang yang sedang mondar-mandir kebingungan mencari kelompok. Cara seperti ini memang sangat efektif buat kita satu sama lain saling mengenal.
"Hai kalian berdua! Kenapa masih nyantai aja? Udah dapet kelompok ya?" Gertakanku dari belakang ke Kevin dan Rina yang sedang duduk berdua berasa dunia milik mereka yang lain adalah alien.
"Hahahaha...Ya jelas belum. Aku tau kamu bakal nyamperin, lagian nanti juga pasti semua dapet kelompok kok, makanya kita santai aja" Jawab Rina sambil tertawa.
"Yaudah gabung sama Aku dan Andi yuk" Ajakku sambil menarik tangan Rina dan Kevin. Rina dan Kevin berdiri kemudian mengikuti langkahku mencari Andi.
Tak perlu waktu lama untuk mencari akhirnya kita berempat bertemu. Aku perkenalkan Andi dengan Rina dan Kevin. Ternyata Andi tak bisa menemukan orang tambahan untuk kelompok Kita. Kemudian panitia memberi intruksi lagi. Yang sudah membuat  kelompok untuk mengambil undian. Dan dari kelompokku yang mengambil undian adalah Andi. Setelah mengambil secarik kertas undian tersebut Andi langsung kembali ke kita dan membuka bersama kertas tersebut.

SERIGALA MERAH

Tempat: Perpustakaan Kampus
Tugas : Mengisi botol dengan air dengan tiga warna berbeda dan membuat boneka

Nb: Rekam setiap kegiatan kalian

Selembaran undian yang tidak terlalu besar itu hanya bertuliskan seperti itu. Tak lama terdengar suara dari salah satu panitia yang memanggil-manggil Serigala Merah.
"Ya di sini mas!" Jawab Rina sambil mengangkat tangan. Salah satu panitia mendatangi Kita, lumayan ganteng dan murah senyum. Hehehe.
"Halo Serigala Merah, perkenalkan nama Saya Robet. Saya yang akan jadi pengawas kalian selama orientasi hari terakhir ini berlangsung. Ayo sekarang Kita ke kantin dulu, ngobrol-ngobrol santai sekalian berkenalan" Mas Robet memperkenalkan diri dengan diiringi jabat tangan dan ajakan untuk makan siang di kantin. Akhirnya Kita berenam menuju kantin. Aku melihat kelompok lain sedang sibuk sendiri-diri dengan para pengawasnya.
Sesampainya di kantin Kita semua pesan makanan dan minuman untuk menghilangkan rasa lapar dan haus yang seharian seperti dipenjara di dalam aula. Kita makan dengan lahap dan saling melempar candaan. Ternyata Mas Robet ini baik dan lucu orangnya, Dia mudah banget akrab dengan Kita.
"Kalian beruntung dapet nama kelompok Serigala Merah. Serigala Merah ini legend banget lho. Dari awal kampus ini mempunyai program orientasi semacam ini, kelompok yang memakai nama Serigala Merah selalu menjadi anak-anak populer di kampus" Mas Robet menjelaskan bagaimana legend-nya nama Serigala Merah ini. Mas Robet juga bilang kalau tahun lalu dia juga anak Serigala Merah, makanya dia dapet tugas jadi pengawas Serigala Merah baru.
"Jadi nama Serigala Merah ini yang buat adalah mahasiswi kampus ini. Tapi sayang nasibnya kurang mujur, di saat hari orientasi terakhir eh Dia jatuh dari atas balkon ruang perpus. Kata temen-temen kelompoknya Dia lagi berusaha mengambil buah mangga untuk bahan tugas dari senior, sayang mungkin karena waktu itu sudah malam hari dia kepleset dan jatuh ke bawah. Dan gara-gara kejadian itu kegiatan orientasi semacam ini sempat dihentikan selama lima generasi mahasiswa baru" Cerita Mas Robet yang kali ini membuat kita berempat diam, jujur Aku langsung merinding waktu itu. Karena turun temurun tempat yang dipakai setiap kelompok selalu sama dan Serigala Merah mendapatkan tempat di perpustakan kampus.
Aku akan sedikit kasih gambaran perpustakan di kampusku. Perpustakan di kampusku berada di gedung barat yang jauh dari gerbang luar dan termasuk gedung paling belakang dan bisa dikatakan seperti gedung anak tiri. Tapi gedung ini termasuk bangunan tertua di kampus ini. Di gedung barat ini lantai pertama adalah ruang komputer, di ruang komputer ini mahasiswa menghabiskan waktunya untuk menguasai segala hal cara menggunakan komputer. Selain ruang komputer ada kamar mandi pria dan wanita, ada gudang, dan bekas kantin yang sudah tak terpakai. Karena kantin Kita sekarang pindah di gedung utama, mungkin alasannya agar mudah diakses dari mana saja. Di lantai dua ada ruangan kelas dan semuanya masih aktif untuk mengajar. Dan lantai ketiga adalah perpustakaan. Perpustakaan kampus kita cukup besar. Seperti halnya perpustakan-perpustakaan di kampus (mungkin juga kampus kalian) bau buku yang sudah usang dan rak-rak besar menyusun buku-buku tersebut dengan rapi per artikel.
Tak sadar sudah jam 11 malam, itu tandanya kita harus kembali ke aula setelah tadi diberikan jam bebas oleh panita. Di aula sudah ramai, semua sudah mempersiapkan perang dengan dingin malam ini di kampus. Tak ada perasaan takut sedikit pun, malahan Aku dan teman-teman yang lain begitu bahagia karena ini pasti akan menyenangkan. Jam bebas tadi juga dimanfaatkan untuk melengkapi peralatan yang masih kurang untuk tugas nanti malam. Pengeluaran yang paling banyak adalah Serigala Merah harus membuat boneka segala. Tapi tenang semua sudah terkendali, Serigala Merah sudah sangat siap menghadapi malam ini. Setelah mendengarkan kata sambutan dari beberapa panitia dan berdoa bersama, masing-masing pengawas kelompok mendatangi kelompoknya masih-masing dan segera membawa ke tempat yang sudah ditetapkan panitia untuk menghabiskan malam ini.



Berjalan melewati tanah lapang yang di samping-sampingnya masih banyak pohon besar. Angin malam itu cukup kencang, mungkin hujan akan segera turun. Setelah melewati tanah lapang ini akhirnya kita sampai di gedung paling barat yang sering disebut gedung anak tiri tersebut. Pintunya tidak terkunci, kita melewati ruang komputer dan beberapa ruang yang masih dibiarkan kosong, di dalamnya banyak barang milik kampus, semacam gudang. Tangga naik ke lantai atas sudah terlihat, di samping tangga terlihat kamar mandi dan seberangnya ada ruangan bekas kantin. Berbeda dengan kamar mandi gedung lain, kamar mandi di gedung ini memang tidak begitu terawat karena memang jarang ada yang menggunakan gedung ini. Kita menaiki anak tangga satu per satu, di sini perasaanku mulai tak enak, merinding. Aku melihat tangan Rina begitu kuat menggenggam tangan Kevin dan beberapa kali Kevin membisikan "jangan takut, ada aku, tenang". Rina sangat berbeda ketika memasuki gedung ini, ketika jalan di lapangan tadi dia masih ketawa-ketawa sama Mas Robet. Mukanya sedikit pucat, matanya melirik ke kanan ke kiri, dan kepalanya sering menengok ke belakang. Rina begitu gusar, ada yang mengganggunya malam itu, entah perasaan takutnya atau perasaan yang tak bisa dia katakan ke Kita semua.


Akhirnya kita sampai ke lantai dua. Di lantai ini hanya terlihat ruangan kosong yang lampunya mati. Yang aku benci dari lantai dua dan ruang-ruangannya adalah kenapa setiap jendela di ruangan tak diberi penutup kain, ini membuat aku bisa melihat dengan sangat jelas isi ruangan itu. Beberapa kursi yang tersusun rapi dan masih bagus, menandakan ruang-ruangan ini jarang dipakai. Kita semua menaiki tangga lagi menuju lantai terakhir, atau lantai tiga. Sesampainya di lantai tiga Mas Robet tiba-tiba berhenti, membuat kita semua ikut berhenti.
"Itu, di sana, dia jatuh" Kata Mas Robet dengan menunjuk ujung dari lantai tiga. Pohon besar yang diceritakan Mas Robet tidak ada, menurut cerita Mas Robet ketika kita keluar untuk membeli perlengkapan membuat boneka, pohon besar itu memang sudah ditebang setelah kejadian mahasiswi jatuh tersebut. Kita semua tidak ada yang mengeluarkan suara, bahkan untuk bernafas saja terasa berat. Suasana mendadak horor, ekspresi Mas Robet berbeda. Dia seperti sedang mengenang sesuatu yang menyakitkan. Mas Robet berbalik arah, menatap kita semua. Matanya sedikit berair, ada yang dia sembunyikan, kita juga tak berani menanyakan apa. Rina bersembunyi di pelukan Kevin, benar-benar ada yang aneh dengan Rina, ada yang membuatnya tak nyaman, etah itu apa.
"Sudah kalian langsung masuk perpus aja, pintu nggak dikunci. Aku cuma diijinkan panitia sampai di sini, Aku menunggu kalian di luar. Kalau ada kesulitan langsung ke luar aja. Oh iya, nanti kalian tidur di ruang tengah, di sana enak buat ngumpul dan menyelesaikan tugas kalian" Penjelasan Mas Robet ini kita jawab dengan serentak "iya". Kita semua masuk ke perpus dan Mas Robet menutup pintunya, terlihat dari jendela dia duduk di depan perpus, benar-benar pria pemberani pikirku waktu itu.
"Aku takut, di sini nggak aman" Akhirnya Rina membuka mulutnya, mengeluarkan kalimat yang membuat aku dan Andi saling menatap. Rina menangis, Kevin memeluknya sambil berjalan.
"Ndi, kamu takut?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulutku.
"Takut sih pasti ada, tapi kita kan berempat jadi pasti aman. Lagian ini cuma semalam, cepet kok. Yang penting kita segera beresin aja kerjaan kita dan habis itu langsung tidur" Jawab Andi mencoba menenangkan aku yang memang sudah terlihat takut.
Rak-rak buku ini terlihat lebih tua dari pada kita berempat, lorong-lorong ketika siang hari saja sudah cukup menyeramkan, apa lagi di malam seperti ini. Kipas angin model lama berputar perlahan dan mengeluarkan suara yang semakin membuatku tak nyaman.
"Di sini ya?" Tanya Kevin sambil menghentikan langkahnya karena memang kita sudah di tengah perpustakaan.
"Ya benar, yuk duduk dulu, istirahat, mayan juga tadi naik tangga gitu" Jawab Andi yang memang dari SMA gampang kelelahan. Sempat dulu semasa SMA aku tanya, ternyata dia punya kelainan pada jantung bawaan dari lahir. Dia tidak boleh terlalu capek.
Kita duduk melingkar, Aku tak henti-hentinya menengok ke belakang, kanan, dan kiri. Rasa tidak nyaman ini dikarenakan melihat Rina yang tak henti-hentinya menangis dan menundukan kepala.
"Rin, ada apa? Boleh lho kalau mau cerita" Tanyaku yang sudah tidak tahan dengan tangisan Rina.
"Aku ini indigo, tapi seharusnya nggak sekuat ini. Ada yang nggak suka sejak pertama kali kita memasuki gedung ini. Dia mengikuti kita sampai ke atas, dia nggak berjalan layaknya manusia normal, dia terkadang berjalan di tanah tapi juga tiba-tiba sudah berjalan merangkak di atas, matanya merah penuh marah dan sekarang dia duduk di depan mengawasi kita. Mas Robet kenapa nggak ikut masuk? Aku khawatir" Pelan sekali ketika Rina berkata ini, seperti dia menahan diri agar cuma kita yang mendengar, bukan orang lain selain kita.
"Sudahlah sayang jangan ngelantur, kamu cuma lelah terus berhalusinasi, sekarang kamu tiduran aja dan kita mulai mengerjakan tugas" Saut Kevin yang coba terus menerus menenangkan Rina.
"Yuk ngerjain yang apa dulu nih? Buat boneka terakhir aja deh, paling susah itu. Coba kamernya dihidupin dulu Ndi, kita buat video kegiatan kita dari sekarang. Dengan membuat video dari sekarang nanti kita nggak perlu buat video lagi, jadi  tugas membuat video ini bisa diakalin begitu" Kataku mencairkan suasana yang sudah terlalu tegang karena perkataan Rina tadi.
"Cerdas! Dengan begitu kita bisa cepetan istirahat, aku udah capek. Jadi kita mengisi botol air ini dengan tiga warna yang berbeda. Gampang banget ini mah!" Omongan Andi yang keras ini sampai menggema, dia begitu semangat menyelesaikan tugas ini. Aku harus membantu, Aku kasihan dia sudah kelelahan.
"Kalian jangan teriak-teriak, ada yang mengawasi kita, dia nggak suka kita berisik" Rina melantur lagi, dan kali ini benar-benar membuatku merinding.
"Sudah-sudah kita bagi tugas, Kevin dan Rina di sini aja nyiapin perlengkapan untuk membuat boneka. Aku sama Mery ngisi air buat botol ini. Oh iya pewarnanya biar di sini aja, karena ruangan ini yang lumayan terang dibandingkan nanti pas aku di kamar mandi" Kata Andi yang wajahnya sudah terlihat sedikit rasa ketakutan. Di kelompok kita cuma Kevin yang begitu tenang, mungkin karena Dia tak ingin membuat Rina semakin takut.
"Yasudah yuk Ndi, berarti kita harus turun ya? Kita ambil airnya di kamar mandi deket kantin lama, buruan yuk!" Ajakku ke Andi dan kita berdua pun berdiri kemudian meninggalkan Kevin dan Rina.


Sesampai di depan pintu perpus, Mas Robet sudah tidak ada di depan. Pikirku mungkin dia keluar sebentar untuk membeli kopi karena malam itu memang dingin dan gerimis mulai turun. Aku dan Andi keluar, turun ke lantai dasar dan langsung saja masuk kamar mandi. Udara di kamar mandi ini pengap, seperti tak ada udara segar yang masuk di sini. Keringat mulai menetes, mencoba satu-satu kran air yang menyala dan apes sekali yang masih berfungsi cuma satu. Itu artinya Aku dan Andi harus bergantian mengisi air.
"Udah aku aja, kamu kalau gerah tunggu di depan aja" Kata Andi yang melihatku bermandikan keringat.
"Nggak, aku di sini aja, aku takut ke depan. hahhahha" Jawabku dengan sedikit tertawa karena walaupun bersama Andi sekarang saja Aku masih saja takut. Andi mengisi air, dan mataku tiba-tiba terganggu ketika perlahan tapi pasti salah satu pintu WC terbuka.
"Tenang cuma angin" Aku tahu Andi tiba-tiba berbicara begitu karena ingin menenangkanku yang secara reflek langsung menggenggam kuat tangan Andi.
"DHUUUUUAAAAAR" Tiba-tiba tanpa peringatan pintu itu tertutup dengan sangat kerasnya seperti ada yang mendorong, Aku ingin lari keluar tapi Andi memegang tanganku keras sekali. Aku lihat wajahnya pucat, pikiranku langsung berkata "jantungnya!"
"Kamu liat aku, jangan liat kemana-mana. Jangan lari, aku tak ingin membuatmu takut tapi sekarang ada yang memegang kakiku, dan di kaca depanku ada wanita melihatku" Keringatku rasanya langsung berhenti, tubuhku seperti kehilangan tulang mendengar perkataan Andi. Aku tak bisa berkedip, tak berani menoleh bahkan tak bisa menjawab pertanyaan Andi. Selang beberapa detik suara wanita tertawa sangat rintih menggema di kamar mandi, seperti menahan sakit yang sangat dalam. Reflek Aku melepaskan tangan Andi berlari keluar kamar mandi dan tiba-tiba pintu kamar mandi tertutup sangat keras dan teriakan Andi terdengar begitu keras seperti ada sesuatu yang sedang menyakiti dirinya. Langkahku tak bisa ku hentikan, Aku bodoh tak berani mendobrak pintu itu, aku memilih berlari ke atas. Karena di sana ada Kevin dan Rina mungkin bisa membantu. Berlari di lorong lantai dua, mataku sedikit melirik ke arah kelas-kelas yang kosong. Entah hanya karena Aku sudah begitu kacau, Aku melihat wajah-wajah dengan senyum menakutkan seperti topeng disusun rapi yang tugasnya membuat orang takut. Lariku sudah diiringi tangisan, naik ke tangga lagi dan sampai di lantai tiga. Di depan perpus sudah ada Kevin yang menangis sambil menidurkan Rina di pahanya.


"Vin kenapa Rina! Kamu harus ikut ke bawah, Andi kekunci ke kamar mandi!" Teriakku ke Kevin dan mataku terus menatap Rina yang menangis tapi tubuhnya begitu lemas.
"Kita harus keluar dari sini! Bener kata Rina, ada yang benci sama kita! Ada yang nggak ingin kita di sini!" Teriak Kevin dengan tatapan ksosong seolah sudah ada yang mengambil tatapan itu sebelum aku datang.
Di mana Mas Robet di saat seperti ini? Bagaimana dengan Andi? Suaranya tak terdengar di atas sini. Apa yang terjadi dengan Rina? Apa yang membuat seorang Kevin yang tenang menjadi panik? Rasanya aku ingin meloncat dari atas sini seperti yang dilakukan mahasiswi itu. Tiba-tiba pikiranku tebayang, jangan-jangan mahasiswi itu melompat bukan karena kepleset tapi karena ditakuti mati-matian seperti ini?
Kacau, takut, dan panik. Malam masih panjang, aku berharap ini segera berakhir.


Comments

Popular posts from this blog

Lagu Cover Keren Di YouTube

Entah kena angin apa tiba-tiba pengen menulis ini. Nggak papa ya, itung-itung berbagi informasi. Belakangan tahun ini Youtube lagi rame personal bahkan band ngover lagu orang dengan versinya sendiri. Ada yang lagu Pop dibikin Metal ada juga lagu metal yang dibikin bernuansa syahdu. Nah aku mau share beberapa lagu yang menurutku keren coverannya dan mungkin bisa jadi favorite kalian juga. Nggak usah lama-lam yuk cus cint... Boyce Avenue ganteng-ganteng, cari pacarnya pasti gampang Siapa sih yang nggak tau Boyce Avenue. Band Rock asal Amerika ini pasti banyak orang yang ngira satu orang doang, tapi ternyata mereka ini bertiga dan semuanya bersodara. Alejandro Luiz Manzano, Daniel Enrique Manzano, dan Rafael Fabian Manzano ini salah satu band yang terkenal karena cover-cover'an mereka di YouTube. Video coverannya sendiri sudah mencapai ratusan. Tapi ada beberapa coveran mereka yang aku suka: Photograph - Ed Sheeran (Boyce Avenue feat. Bea Miller acoustic cover) K

Pake Foto Bang Sandi Buat #PrankDioxjep

Siapa sih orang Indonesia yang nggak kenal Bang Sandi ini. Selama kampanye Pilgub DKI ini doi selalu memberi kita para netizen ide untuk membuat meme atau berbagai konten humor. Semua tingkah laku Bang Sandi yang tertangkap kamera selalu bisa bikin ketawa. Entah itu disengaja Bnag Sandi atau memang Bang Sandi ini suka bercanda. Nah semalem entah dapet ide dari mana tiba-tiba pengen nge-prank mantan dengan salah satu foto Bang Sandi. Dan berikut adalah kumpulan prank yang aku anggap paling lucu dari #PrankDioxjep semalam, cekidot: Telat Sadar @Ayyu_Amelia berhasil nge-prank @alfinmulyanaa. Si Mas Alfin udah terlanjur bilang sayang dan baru sadar ketika lihat Twitter. Hahahaha.. Sebuah Prinsip Kalau dilihat @kyydp_ sedang nge-prank gebetannya dan mereka belum pernah ketemu. Dan si mbak memberi jawaban yang mungkin bisa membuat @kyydp_ bergegas untuk bertemu. Karena ada lampu hijau tuh sob! Dibajak Waktu baca ini aku ngakak nggak pake spasi

Serigala Merah Part 7

“Mary bangun! Mary bangun!” seseorang memanggil namaku dan menggoyang-goyangkan badanku. Tapi mataku enggan untuk terbuka, dadaku masih terasa sesak. Suara-suara berisik dan panik seperti berputar-putar di kepalaku. Perlahan aku membuka mata, terlihat muka Kevin dan Rina yang begitu panik. Kevin menyuruhku duduk, pikiranku masih berat untuk mengingat apa yang terjadi. Badanku lemas dan aku melihat kakiku tak berbekas luka sedikit pun.  Aku sedikit lega, kali ini seseorang bisa melihat keberadaanku. Dan aku berharap semua yang aku lihat adalah mimpi, mimpi yang tak ingin aku ulangi lagi. “Mary kamu ngga papa kan?” Tanya Rina dengan air mata yang terus mengalir. “Aku pusing, aku habis mengalami kejadian aneh sekali” Jawabku dengan memegang kepala yang terasa berat. “Kevin menggendongmu sampa sini, pintu ini terkunci. Pasti Mas Robet yang membawa kuncinya!” Teriakan Rina dipenuhi rasa benci yang melihat Mas Robet tega meninggalkan kita sekarang. Aku melihat sekitar, ini