Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2016

Di Tempat Yang Sama

Aku berhenti di sebuah tempat. Tempat yang nyaman tapi secara tak langsung membuat hati tak karuan. Duduk sendiri memesan minuman, yang dulu sering kita perdebatkan berdua. Gelasnya masih sama begitu juga caraku memegangnya. Isinya masih panas tetapi jika didiamkan akan segera dingin. Seperti kita sekarang, di awal hubungan begitu hangat tetapi terlalu banyak diam dengan rasa kecewa membuat kita layaknya seperti perang dingin. Pengunjung tempat ini masih sama. Orang-orang yang sering kita jadikan obrolan canda berdua. Sekarang orang-orang itu melihatku. Dalam hati mereka pasti bertanya "di mana senyumku yang dulu?" Aku jawab dalam hati "senyum itu tak datang hari ini, atau mungkin takan datang bersamaku ke tempat ini selamanya" Tempat yang sama dengan keadaan yang berbeda. Banyak sekali rindu tertahan di dada. Sosokmu begitu cepat tiada. Aku jadikan tempat ini sejarah. Di sini pernah tercipta kisah, yang setiap kita kenang akan membuat mata basah.

Meninggalkan Belum Tentu Jahat

Yeah pada postingan kali ini aku mau jelasin soal orang yang pergi dan seenak udel dia ninggalin kita. Waktu kita sedang merasakan jatuh cinta, eh dia malah tega bikin basah mata. Waktu kita berharap dia akan selalu ada, eh dia malah bikin sesak di dalam dada. Perkara patah hati begini memang cuma ada dua jenis; ditinggalkan atau meninggalkan. Aku nggak mau bahas orang yang ditinggalkan karena sudah pasti dan sudah menjadi ketentuan Tuhan Yang Maha Esa kalau orang ditinggalkan itu pasti isi bahasannya cuma sakit hati, tangisan, amarah dan badan ngedrop kayak masuk angin tapi nggak ada obatnya. Aku akan bahas soal kenapa orang meninggalkan. Melihat dari mata orang yang meninggalkan. Karena orang meninggalkan pasti ada sebabnya. Tapi yang aku bicarakan bukan meninggalkan karena orang lain, selingkuh dll. Tapi lebih meninggalkan karena salahmu sendiri tapi kamu tak pernah paham dan kalau pun sadar dia sudah pergi jauh. Ada 3 point penting dan yang sangat umum kenapa kamu yang

Baik Tak Mengenal Kata Sudah

Matahari terus terbit, tak pernah lelah di dalam orbit. Waktu terus berjalan, tak sadar kita sekarang hanya sebatas teman. Pikiranku kembali ke dulu. Kita dulu benar-benar seperti air sungai yang mengalir ke hulu; tenang, sejuk dan pasti. Tak pernah terpikir kita akan berpisah. Meninggalkan kenangan yang sudah terasah. Tapi sekarang kita masih tetap bersama. Dalam lingkup lebih menenangkan dan cerita-cerita dari mulutmu yang lebih menyenangkan. Sekarang kita adalah teman, yang saling melindungi dan memberi rasa aman. Dalam hati aku takan menyesal hubungan kita harus berakhir sudah. Karena di setiap perpisahan adalah awal yang baru walau tak semudah menelan ludah. Tapi karena perpisahan rasa sayang kita berubah menjadi persahabatan yang baiknya tak ada kata berkesudahan.

Melukis Di Matamu

Sedang menatap apa kau di sana? Apa masih ada aku di balik matamu yang dulu sering membuatmu terlena? Mungkin tidak, karena yang aku tahu hidupmu tidak jauh dari merana. Hanya bisa mengenang setiap kepingan kenangan yang berjatuhan dan kepingan itu sendiri yang membuat logika serta hati mulai berjauhan. Aku sedang mencoba menggambarkan apa yang ada di dalam matamu. Mencoba masuk karena itu satu-satunya jalan mengetahui apa yang ada di pikirmu. Jangan! Jangan menangis! Aku tak mau melihat bayanganku di matamu meleleh melewati pipi. Sampai sekarang aku tak bisa menebak pikirmu, karena sejak berpisah aku hanya melihat diriku sendiri melalui pantulan matamu.