Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Serigala Merah Part 7

“Mary bangun! Mary bangun!” seseorang memanggil namaku dan menggoyang-goyangkan badanku. Tapi mataku enggan untuk terbuka, dadaku masih terasa sesak. Suara-suara berisik dan panik seperti berputar-putar di kepalaku. Perlahan aku membuka mata, terlihat muka Kevin dan Rina yang begitu panik. Kevin menyuruhku duduk, pikiranku masih berat untuk mengingat apa yang terjadi. Badanku lemas dan aku melihat kakiku tak berbekas luka sedikit pun.  Aku sedikit lega, kali ini seseorang bisa melihat keberadaanku. Dan aku berharap semua yang aku lihat adalah mimpi, mimpi yang tak ingin aku ulangi lagi. “Mary kamu ngga papa kan?” Tanya Rina dengan air mata yang terus mengalir. “Aku pusing, aku habis mengalami kejadian aneh sekali” Jawabku dengan memegang kepala yang terasa berat. “Kevin menggendongmu sampa sini, pintu ini terkunci. Pasti Mas Robet yang membawa kuncinya!” Teriakan Rina dipenuhi rasa benci yang melihat Mas Robet tega meninggalkan kita sekarang. Aku melihat sekitar, ini

Cemburu Itu Watak

Tanggal 19 Oktober 2016 aku bikin polling di Twitter. Bikin polling ini karena memang lagi ngepas ngetweet aja soal ini dan mungkin hal ini sering dialami setiap pasangan. Entah pasangan yang baru saja memulai hubungan atau yang sudah menjalani hubungan bertahun-tahun bersama satu orang. Polling tersebut emang ditujukan buat yang punya pasangan, tapi yakin deh pasti yang jomblo juga ikutan polling biar keliatan punya pasangan aja. Tapi setelah melihat hasilnya, jomblo juga pantes ikut polling karena hal ini lebih kena ke masing-masing individu. Dan lebih meruncing ke masalah personal dari pada masalah orang berpasangan. Dengan polling tersebut bisa dilihat sebenernya pasangan kalian sering cemburu itu karena apa. Karena asal cemburu itu cuma dari dua hal; karena emang punya pasangan yang bermasalah atau bisa karena dirimu sendiri yang bermasalah. Sepeti yang kalian lihat polling di atas dengan pertanyaan “Alasan kamu jadi orang cemburuan?” dengan jawaban 30% karena pasanga

Serigala Merah Part 6

Aku perlahan berdiri, kakiku lecet penuh luka. Diseret dari depan ruang kelas hingga memasuki kamar mandi lagi. Aku melihat ke belakang, orang yang menarikku tak terlihat. Aku mendekatkan muka ke kaca, di sekitar kening terasa perih. Aku melihat ada luka gores, mungkin karena pecahan kaca di jendela.Tiba-tiba pintu bilik kamar mandi terbuka perlahan, suaranya seperti film horor-horor ketika makhluk tak kasat mata membuka pintu untuk menakut-nakuti tokoh utama. Tanpa menoleh, hanya dengan melihat di kaca tak terlihat sosok apa pun di salah satu bilik di belakangku. Hanya bau anyir mulai tercium. Bau itu aku sangat yakin berasal dari bilik-bilik tersebut. Tapi tubuhku tak aku biarkan nekat masuk ke salah satu bilik hanya untuk mencari sumber bau ini, yang aku pikirkan hanya berlari. Bau semakin menyengat dan tubuhku mulai memberikan kode untuk berlari secepat yang aku bisa. Tapi permintaan tubuhku tak aku tepati, aku hanya perlahan-lahan menjauh dari depan kaca dan menuju pintu ke

Serigala Merah Part 5

Aku terus berteriak berharap akan ada yang mendengar. Andi tak mau berhenti bahkan tak sedikitpun menengok ke arahku. Matanya sangat tajam, langkahnya tak berhenti untuk menyeret tubuhku yang masih terikat di atas kursi. Andi membuka pintu, kemudian dihadapkanku ke depan kaca. Andi menyeretku hingga kamar mandi. Tanpa mengucap sesuatu dia melepas tali yang mengikat melingkari tubuhku. Kemudian dia memaksaku berdiri menghadap kaca. Kamar mandi yang beberapa jam lalu aku menemukan Andi terkunci di dalamnya dengan keadaan gelap gulita mendadak lampunya menyala walaupun hanya remang-remang. Andi memegangku erat dari belakang, memastikan aku tak kabur atau balik melawan dia. Itu pun tak mungkin aku lakukan, melihat kondisi tubuhku sendiri yang sudah benar-benar lemas. Di kaca terlihat bayanganku dan Andi. Mukaku yang ketakutan sungguh terlihat jelas di kaca. Muka Andi lebih bengis dari pada saat pertama aku lihat tadi. Bayanganku di kaca tiba-tiba memudar, begitu juga bayangan Andi. Per

Sekolah Kuburan

Ngga tau tiba-tiba pengen nulis ini. Awalnya udah mager banget di kasur. Eh inget ini malam jumat dan di Twitter habis twitpic ini:                             Jadi inget beberapa kejadian yang pernah aku alami selama duduk di bangku sekolah, lebih tepatnya sewaktu SMA. SMA-ku termasuk SMA favorite di Solo, mendapat julukan SMA artis. Katanya sih banyak lulusan SMA sini menjadi artis ibu kota, alay ya? Iya alay banget. SMA-ku ini seperti halnya sekolah pada umumnya. Tapi yang berbeda adalah sekolahku dulunya adalah kuburan. Iya kuburan dipindah, diratain, dan akhirnya dijadiin sekolah, gokilnya nggak ketulungan yang punya ide ini. Jadi kalau endingnya banyak keluar cerita horor dan pengalaman goib dari siswa-siswi ya nggak bisa disalahin. Setiap angkatan seperti punya kisahnya masing-masing, bahkan setiap murid punya pengalaman horornya sendiri-sendiri. Di malam jumat yang hujan mulu dari tadi aku mau cerita soal pengalamanku dengan hal-hal nggak masuk akal semasa remaja d

HELO STALKER

Di perkembangan era digital yang semakin menggila ini dan semakin banyaknya sosmed baru yang bermunculan membuat banyak pilihan untuk penggemar sosmed. Hal ini juga bagi para stalker yang mendapatkan banyak cara untuk stalking gebetan, pacar bahkan mantan. Dalam kesempatan yang indah ini aku nggak ngomongin stalking gebetan atau pacar (mungkin lain kali bisa deh kalau ketemu WiFi lagi). Kali ini aku khususin buat para pasukan patah hati yang rindunya tak pernah terobati. Entah itu rindu atau hanya penasaran saja. Penasaran sekarang dia sama siapa, penasaran apakah dia udah move on atau belum. Memang inti dari seseorang melakukan stalking itu ada dua: 1. Kangen 2. Penasaran Mari kita bahas satu-satu biar kamu bisa jawab kalau ada temen nanya "iiiihhh stalking ya? cieee" 1. KANGEN Setelah berpisah entah berpisah melalui pertengkaran yang hebat atau berpisah karena keadaan dengan berjalannya waktu pasti ada saatnya tiba-tiba terkenang. Aku nggak mau ngomongin k

Serigala Merah Part 4

Detak jantung semakin cepat, tubuh semakin tak mau diajak bekerja sama untuk berdiri apa lagi untuk berlari. Aku sendirian di tangga antara lantai dua dan tiga. Hanya duduk lemas menangis, menggenggam erat kertas yang beruliskan "AYO KITA MAIN" . Aku merasa persetan dengan pertanyaan siapa yang menulis di kertas ini. Yang aku pikirkan sekarang adalah teman-temanku. Rani yang mendadak menghilang dengan cara kakinya ditarik entah siapa yang menarik, Mas Robet dan Kevin yang terdiam kaku dengan mulut menganga dan mata terbelalak lebar, dan Andi yang entah pergi ke mana. Aku mencoba melawan rasa takutku, aku mencoba berdiri, mengatur nafas agar kakiku tak gemetaran. Setelah berdiri aku menuruni tangga dan berada di lantai dua, lantai yang tak jauh beda dengan lantai tiga. Minim cahaya dan banyaknya ruang-ruang kelas kosong menghiasi lantai ini. Aku teriakan nama Andi, berharap dia balik menjawab. Tapi nyatanya tak ada jawaban dari Andi, hanya gemuruh petir dan hujan yang sem

Serigala Merah Part 3

Tubuh sudah hampir kaku, tempat ini sungguh benar-benar terkutuk. Tak ada tempat bersembunyi yang aman atau tempat mencari pertolongan. Serigala Merah memulai perjalanannya, perjalanan yang diberikan turun menurun oleh senior-senior kita. Serigala Merah adalah pengalaman pertamaku berhadapan dengan hal gaib, hal yang harusnya dihindari manusia normal, dan hal yang harusnya tidak ditantang. Tujuan utama kita adalah membawa boneka buatan tangan ini keluar gedung. Gedung tiga lantai yang minim penerangan. Langkah pertama Serigala Merah sudah dimulai, keluar dari perpus dan melanjutkan turun ke lantai berikutnya. Aku terus menengok kanan-kiri ketika berjalan. Rak-rak buku ini selain menyimpan banyak buku mungkin juga sebagai tempat bersembunyi makhuk astral yang beberapa jam tadi mengganggu Rina dan Kevin. Ternyata jalan kita menuju pintu utama perpus tak ada gangguan sama sekali, hanya beberapa kali bulu kuduk merinding ketika melihat ke belakang. Aku takut ada yang mengikuti kita.

Serigala Merah Part 2

"Ayo Vin, gendong Rina! Kita nggak mungkin terusan di sini, Kita harus turun nyari Mas Robet!" Teriakku sambil menarik baju Kevin supaya mau berdiri dan turun mencari Mas Robet. Pikiranku saat itu tak cuma takut, tapi bagaimana keadaan Andi. Aku begitu kawatir dengan penyakit jantungnya. "Iya ayo turun. Aku juga nggak tega lihat Rina begini" Jawab Kevin sembari berdiri terus menggendong Rina di belakang. Mata Kevin tidak seperti tadi pagi sewaktu kutemui pertama kali. Matanya ada kecemasan, matanya banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Seperti halnya Kevin, Aku sendiri baru pertama kali begini. Diserang rasa takut yang luar biasa. Aku waktu itu masih menganggap semua penampakan yang terlihat hanya halusinasi belaka, tak nyata, semua hanya karena aku panik. Kita bertiga turun dari tangga ke lantai dua dengan sangat perlahan, Aku gunakan flash handphone-ku sebagai penerangan. Kevin dan Rina berjalan mengikutiku, Rina sudah cukup tenang tapi dia masih terl

Saling Membenci

Sempet tadi ngobrol temen yang bercerita mantan suka jelek-jelekin setelah putus. Kasus seperti ini sering sekali aku dengar, bahkan kalian yang membaca ini pasti juga pernah dengar dari teman, sodara atau bahkan anggota keluarga. Mungkin kejadian seperti ini sedang atau pernah kalian alami. Jika suatu hubungan permantanan saling menjelekan satu sama lain sebenernya yang malu bukan yang dijelek-jelekin aja, tapi juga yang jelek-jelekin. Kenapa begitu? Sebab dengan jelek-jelekin mantan sama aja memperlihatkan betapa jeleknya diri sendiri, karena kenapa dulu mau sama orang seburuk itu. Hubungan permantanan yang saling menjelekan juga cuma bikin tambah penyakit hati aja. Nggak ada untungnya, ending-nya juga cuma dapet malu karena jadi omongan orang lain. Ini buat orang-orang yang suka jelek-jelekin atau mengumbar aib mantannya. Coba Kamu napak tilas hubungan sewaktu masih PDKT terus jadian. Indah kan? Jangan pernah lupakan itu. Orang yang kamu jelek-jelekin sekarang dulu pernah membua