Skip to main content

Serigala Merah Part 2



"Ayo Vin, gendong Rina! Kita nggak mungkin terusan di sini, Kita harus turun nyari Mas Robet!" Teriakku sambil menarik baju Kevin supaya mau berdiri dan turun mencari Mas Robet. Pikiranku saat itu tak cuma takut, tapi bagaimana keadaan Andi. Aku begitu kawatir dengan penyakit jantungnya.
"Iya ayo turun. Aku juga nggak tega lihat Rina begini" Jawab Kevin sembari berdiri terus menggendong Rina di belakang. Mata Kevin tidak seperti tadi pagi sewaktu kutemui pertama kali. Matanya ada kecemasan, matanya banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Seperti halnya Kevin, Aku sendiri baru pertama kali begini. Diserang rasa takut yang luar biasa. Aku waktu itu masih menganggap semua penampakan yang terlihat hanya halusinasi belaka, tak nyata, semua hanya karena aku panik.
Kita bertiga turun dari tangga ke lantai dua dengan sangat perlahan, Aku gunakan flash handphone-ku sebagai penerangan. Kevin dan Rina berjalan mengikutiku, Rina sudah cukup tenang tapi dia masih terlihat lemas. Sesampainya di lantai dua aku beranikan mengarahkan flash handphone ke arah ruangan kelas yang kosong dan gelap. Tidak ada apa-apa, berbeda dengan beberapa menit yang lalu ketika aku berlari sendiri. Topeng-topeng yang tersenyum itu tak terlihat, hanya terlihat bangku dan meja yang masih rapi. Aku menuruni tangga ke lantai satu perlahan..
"Andi masih terkunci di kamar mandi? Kalau iya coba aku dobrak" Kata Kevin kepadaku dan aku cuma bisa mengangguk.
Hampir sampai di lantai dasar aku melihat ada yang duduk di dekat kamar mandi, aku beranikan lagi mengarahkan flash-ku ke sana. Sosok itu bergerak berdiri dan melambaikan tangan. Aku sempat berhenti sejenak dan dipikiranku saat itu jika sosok itu menyerang atau mendekat aku akan tabrak sekeras-kerasnya. Tapi ternyata sosok itu memanggil namaku, suara Mas Robet, semakin turun aku melihat Andi yang sudah duduk lemas.
"Ada apa? Aku keluar beli cemilan buat kalian dan sesampainya di lantai satu aku mendengar ada yang meminta tolong di kamar mandi, aku dobrak pintu ini dan aku melihat Andi duduk lemas" Tanya Mas Robet dengan wajah panik serta bingung sebenarnya ada apa.
"Mas kita harus keluar dari sini, ada yang nggak beres. Aku sama Kevin diganggu" Tiba-tiba Rina berbicara dan meminta Kevin menurunkan gendongannya. Air matanya menetes, mulutnya bergetar waktu berbicara.
"Kita nggak bisa keluar, aku harus cerita ke kalian. Cerita ini nggak mungkin aku ceritakan di luar sini dan cerita ini nggak bisa didengar orang lain. Aku bertanggung jawab dengan kalian, sekarang kita harus naik ke lantai tiga. Selesaikan ini semua" Jawab Mas Robet sambil memegang pundak Rina memohon agar kita semua mau naik ke perpustakaan. Kevin hanya diam, dia masih menerka-nerka apa yang terjadi di sini, begitu juga Andi yang masih duduk lemas dengan pandangan ke bawah seolah tak ingin melihat ke depan. Setelah berdebat akhirnya kita memutuskan menuruti omongan Mas Robet, kita semua kembali ke atas.


Sesampainya di depan perpus kita semua masuk ke dalam. Duduk di tempat semula, di tengah ruang perpus. Kita duduk melingkar, kemudian kita berempat menatap Mas Robet. Setelah bersama Mas Robet suasana di dalam perpus tidak seperti ketika kita cuma berempat di dalam.
"Maaf sudah meninggalkan kalian, maaf mengajak kalian kembali ke atas sini. Tapi jika kita semua keluar gangguan ini takan berakhir, bahkan bisa mengganggu kalian sampai rumah" Mas Robet mulai membuka mulutnya, mencoba meyakinkan kita kalau keadaan tidak akan bertambah buruk jika kita tetap di atas sini. Aku yakin tidak cuma aku yang memikirkan perkataan Mas Robet tentang menyelesaikan semua ini, apa yang harus diselesaikan? Padahal kita berempat tidak melakukan apa-apa. Hanya mencoba menyelesaikan tugas yang panitia berikan.
"Jadi sebenarnya aku sengaja memilih kalian. Aku seharusnya nggak bilang ini, tapi keadaan sudah nggak kondusif dan aku lihat kalian akan menyerah. Jadi setiap tahun kita para senior memilih mahasiswa baru yang pantas meneruskan Serigala Merah. Sewaktu Andi mengambil undian nama kelompok dan tugasnya semua itu sudah setingan, pilihan kita para senior karena ada Rina. Aku ini indigo seperti halnya Rina, aku butuh bantuan Rina dan kalian untuk menyelesaikan si pengganggu yang sudah merenggut nyawa Yesa" Imbuh Mas Robet dan kami tetap masih saja diam kecuali Rina yang mulai duduk tegap dan melepas pelukan Kevin.
"Mas, Yesa itu siapa? Kenapa Mas Robet tega begini. Aku di sini yang paling tersiksa! Sewaktu aku ditinggal Mary dan Andi, aku hanya bisa tidur dan menutup mata. Karena dari awal masuk gedung ini ada sosok hitam pekat bermata merah mengikuti, sosok itu berhenti ketika kita sampai ke lantai tiga. Dan yang paling membuatku panik dan takut ketika aku tiduran di paha Kevin kemudian membuka mata tepat di depanku ada sesosok wanita yang mukanya hancur melayang tepat di atasku! Aku teriak sekencang-kencangnya dan tiba-tiba wanita itu menarik kaki Kevin dan melemparnya ke rak buku di sebelah sana. Itu sebabnya aku dan Kevin lari keluar" Cerita Rina ini membuatku merinding, separah itukah yang dialami Rina. Dan jika memang begitu pantas membuat seorang Kevin yang tenang menjadi panik.
"Iya Rin, aku tahu semua yang ada di sini, kamu belum terbiasa dengan semua ini. Sosok hitam bermata merah yang mengikutimu di bawah adalah penjaga lantai bawah. Dia jarang berani sampai lantai dua karena di lantai dua ada ribuan makhluk halus yang mukanya berganti-ganti seperti memakai topeng dan wanita yang melempar Kevin adalah penunggu di ruangan perpus ini. Jadi kalian sudah tahu yang kalian hadapi, nah sekarang aku minta kalian bersedia membantuku. Dan Yesa adalah mahasiswi yang meninggal itu, aku akan ceritakan nanti habis kita keluar dari sini" Kita semua saling menatap  ketika Mas Robet menjelaskan semuanya. Ini seperti jebakan, marah, dan benci seketika melihat Mas Robet. Kenapa memberikan tugas di luar kemampuan kita seperti ini. Tapi semuanya sudah terjadi, setelah berdebat akhirnya kita mengikuti apa yang Mas Robet mau. Mas Robet cuma ingin kita membuat boneka dengan bahan yang sudah kita siapkan. Aku, Kevin, dan Andi membuat boneka, sedangkan Mas Robet berbicara berdua dengan Rina. Entah apa yang mereka bicarakan tak terdengar sampai sini.
Setengah jam sudah berlalu, akhirnya boneka buatan kita kelar juga. Kemudian kita duduk melingkar dan boneka tersebut ditaruh di tengah. Mas Robet mengeluarkan plastik yang dari tadi dia simpan di dalam jaketnya. Dia mengeluarkan dupa, bunga mawar, dan melati. Dupa yang sudah dibakar diberikan satu-satu ke kita. Bunga mawar dan melati ditaburkan di dekat boneka.
"Tunggu, dia pasti datang" Kata Mas Robet.
"Siapa Mas?" Tanyaku dengan mulut sedikit bergetar.
"Yesa, aku tahu dia sudah berada di sekitar kita" Jawab Mas Robet dengan mata menatap tajam ke boneka itu.
Tiba-tiba angin berhembus pelan, membuat bulu kudukku merinding. Aku yakin ini bukan angin dari kipas angin usang di atas kita duduk, angin ini berbeda seperti sedang berputar-putar di belakang kita. Tiba-tiba boneka kita bergerak-gerak sendiri, seperti ada yang mencoba masuk. Mas Robert mengeluarkan kertas dan pencil yang ujungnya sudah diraut semua. Kemudian Mas Robet menusukan pensil itu ke tubuh boneka.
"Dia sudah masuk, Yesa apa kamu di sana?" Kata Mas Robet menatap boneka tersebut. Mas Robet menaruh kertas di depan boneka tersebut dan tiba-tiba boneka tersebut menuliskan dengan pensil yang sudah menancap di tubuhnya, "iya".


Aku mulai takut, seumur hidup mainan seperti ini. Setahuku permainan ini semacam jalangkung. Semua tampak tegang, kecuali Mas Robet yang merasa puas dengan jawaban boneka tersebut.
"Kita semua akan membawa kamu keluar Yesa, keluar dari tempat ini biar kamu bisa tenang" Kata Mas Robet yang seperti mengajak sosok yang memasuki boneka itu keluar dari tempat ini.
"Mas kita harus gimana? Ini perasaanku sudah nggak enak, aku merinding" Tanya Andi yang wajahnya sudah pucat dan nafasnya terengah-engah.
"Kita hanya perlu membawa boneka ini keluar dari ruangan ini, apa pun yang kalian lihat dan yang mengganggu tolong dibiarkan saja jangan digubris" Jawab Mas Robet sambil menatap kita semua.
Boneka itu diangakat Mas Robet, kita semua berdiri. Perasaan ini mulai kacau, mendadak ruangan perpus ini lebih gelap dari sebelumnya. Dan pintu keluar seperti jauh tak terlihat. Dalam hati aku hanya mengucapkan doa yang aku bisa, memohon semoga tak terjadi hal yang menakutkan. Aku, Andi, Rina, dan Kevin saling bergandengan. Itu juga pesan Mas Robet agar kita selalu berdekatan.
Ya Tuhan langkah ini tiba-tiba berat, rasanya ingin semuanya berakhir. Kalau ini semua selesai hal yang pertama aku lakukan adalah memusuhi Mas Robet. Dan langkah pertama kita di mulai, ini lah perjalanan Serigala Merah yang sesungguhnya. Satu gedung, tiga lantai yang dipenuhi hal-hal tak nalar di pikiran manusia normal.

Comments

Popular posts from this blog

Lagu Cover Keren Di YouTube

Entah kena angin apa tiba-tiba pengen menulis ini. Nggak papa ya, itung-itung berbagi informasi. Belakangan tahun ini Youtube lagi rame personal bahkan band ngover lagu orang dengan versinya sendiri. Ada yang lagu Pop dibikin Metal ada juga lagu metal yang dibikin bernuansa syahdu. Nah aku mau share beberapa lagu yang menurutku keren coverannya dan mungkin bisa jadi favorite kalian juga. Nggak usah lama-lam yuk cus cint... Boyce Avenue ganteng-ganteng, cari pacarnya pasti gampang Siapa sih yang nggak tau Boyce Avenue. Band Rock asal Amerika ini pasti banyak orang yang ngira satu orang doang, tapi ternyata mereka ini bertiga dan semuanya bersodara. Alejandro Luiz Manzano, Daniel Enrique Manzano, dan Rafael Fabian Manzano ini salah satu band yang terkenal karena cover-cover'an mereka di YouTube. Video coverannya sendiri sudah mencapai ratusan. Tapi ada beberapa coveran mereka yang aku suka: Photograph - Ed Sheeran (Boyce Avenue feat. Bea Miller acoustic cover) K

Pake Foto Bang Sandi Buat #PrankDioxjep

Siapa sih orang Indonesia yang nggak kenal Bang Sandi ini. Selama kampanye Pilgub DKI ini doi selalu memberi kita para netizen ide untuk membuat meme atau berbagai konten humor. Semua tingkah laku Bang Sandi yang tertangkap kamera selalu bisa bikin ketawa. Entah itu disengaja Bnag Sandi atau memang Bang Sandi ini suka bercanda. Nah semalem entah dapet ide dari mana tiba-tiba pengen nge-prank mantan dengan salah satu foto Bang Sandi. Dan berikut adalah kumpulan prank yang aku anggap paling lucu dari #PrankDioxjep semalam, cekidot: Telat Sadar @Ayyu_Amelia berhasil nge-prank @alfinmulyanaa. Si Mas Alfin udah terlanjur bilang sayang dan baru sadar ketika lihat Twitter. Hahahaha.. Sebuah Prinsip Kalau dilihat @kyydp_ sedang nge-prank gebetannya dan mereka belum pernah ketemu. Dan si mbak memberi jawaban yang mungkin bisa membuat @kyydp_ bergegas untuk bertemu. Karena ada lampu hijau tuh sob! Dibajak Waktu baca ini aku ngakak nggak pake spasi

Serigala Merah Part 7

“Mary bangun! Mary bangun!” seseorang memanggil namaku dan menggoyang-goyangkan badanku. Tapi mataku enggan untuk terbuka, dadaku masih terasa sesak. Suara-suara berisik dan panik seperti berputar-putar di kepalaku. Perlahan aku membuka mata, terlihat muka Kevin dan Rina yang begitu panik. Kevin menyuruhku duduk, pikiranku masih berat untuk mengingat apa yang terjadi. Badanku lemas dan aku melihat kakiku tak berbekas luka sedikit pun.  Aku sedikit lega, kali ini seseorang bisa melihat keberadaanku. Dan aku berharap semua yang aku lihat adalah mimpi, mimpi yang tak ingin aku ulangi lagi. “Mary kamu ngga papa kan?” Tanya Rina dengan air mata yang terus mengalir. “Aku pusing, aku habis mengalami kejadian aneh sekali” Jawabku dengan memegang kepala yang terasa berat. “Kevin menggendongmu sampa sini, pintu ini terkunci. Pasti Mas Robet yang membawa kuncinya!” Teriakan Rina dipenuhi rasa benci yang melihat Mas Robet tega meninggalkan kita sekarang. Aku melihat sekitar, ini