Di depan pintu Mas Robet menyerahkan boneka itu ke Kevin, sementara Mas Robet mencari kunci yang ada di dalam tasnya. Di saat Mas Robet sibuk mencari kunci dan kita berempat saling tatap tak berbicara dan pasti punya pikiran takutnya sendiri-sendiri. Tiba-tiba dari ruang tengah terdengar sangat keras suara tertawa wanita. Suaranya seperti sedang menertawakan kami, menertawakan ketakutan kami. Suaranya semakin lama semakin nyaring dan memelan. Rani mulai memeluk tubuh Kevin dari belakang, mukanya ditempelkan di punggung Kevin seoalah dia tak melihat hal-hal yang menyeramkan lagi. Aku dan Andi melihat ke arah suara itu, beberapa kali Aku dan Andi saling menatap. Dari matanya terlihat banyak kekawatiran. Mas Robet berusaha menenangkan kami dengan terus mencari kunci di tasnya, aku tahu dia juga panik. Sampai-sampai kunci yang harusnya cepat ketemu tiba-tiba hilang entah di mana. Suara itu semakin memelan, rak-rak buku yang kita lewati tadi mendadak bergetar, melemparkan buku-bukunya secara acak. Aku dan Andi mulai bergandengan tangan, Rani mulai menangis. Tidak lama kemudian terlihat sosok putih keluar dari lorong di antara rak buku. Sosok berambut panjang, berbaju putih ini berhenti di tengah lorong. Kemudian kepalanya menengok ke arah kita dan ketawa itu terdengar lagi. Badannya berputar dan mulai berjalan sangat pelan ke arah kita. Aku dan Andi panik, mulai mendekati Mas Robet yang kesusahan mencari kunci.
"Udah dobrak ajak kalau nggak bisa, mas itu ada yang deketin kita!" Teriak Andi ke arah Mas Robet. Sebelum Mas Robet menjawab Andi langsung saja mendobrak pintu perpus yang sangat besar terbuat dari kayu itu. Kevin menyerahkan boneka ke Mas Robet dan mulai membantu mendobrak pintu tersebut. Aku menengok ke belakang, apakah wanita berbaju putih itu semakin mendekat. Wanita itu sudah tidak tampak di belakang dan suara tertawanya sudah tak terdengar. Ketika Andi dan Kevin masih mencoba berusaha mendobrak tiba-tiba Rina terjatuh, tanpa ada peringatan kaki Rina ditarik ke dalam perpus lagi. Rina berteriak minta tolong, sontak kita semua berusaha mengejar Rina meninggalkan pintu yang masih terkunci, tiba-tiba Andi berhenti, matanya melotot. Belum sempat aku mendekatinya, Andi berlari ke arah pintu dan mendobrak pintu perpus dengan sangat kencang yang membuat pintu itu rubuh. Andi berdiri lagi, tanpa memperlihatkan rasa sakit sedikitpun. Dia berlari meninggalkan perpus. Aku masih diam di tempatku, bingung mengejar Andi atau ikut mengejar Rina. Akhirnya badanku balik ke arah Rina diseret. Tak terdengar sedikitpun suara Rina, Kevin, dan Mas Robet. Aku berjalan menuju dalam perpus, mencari pertolongan Mas Robet. Langkahku sangat perlahan, seakan aku sedang diawasi. Beberapa kali aku memanggil nama Mas Robet dan Kevin tapi tak ada respon dari mereka. Semakin aku masuk ke dalam perpus aku melihat Mas Robet dan Kevin hanya duduk terdiam. Aku mendekat dan aku balikan badan Kevin, mulutnya terbuka lebar dengan mata melotot begitu juga Mas Robet. Aku mundur, tak terlihat Rani di antara mereka. Aku berlari keluar perpus, aku lari meninggalkan Mas Robet dan Kevin. Aku berteriak meminta tolong, tak ada yang dengar, suara hujan menutup teriakanku. Aku menuruni tangga pelan, aku berhenti seketika melihat boneka kita sudah diam di tengah tangga lengkap dengan secarik kertas. Aku memberanikan diri mengambil kertas itu, kertas itu bertuliskan "AYO KITA MAIN". Aku duduk di tangga antara lantai dua dan tiga, apa benar tulisan ini yang menulis si boneka? aku menangis, aku tutup mukaku, berharap ini berakhir. Malam masih panjang dan aku tak mengerti harus bagaimana. Aku harus berpikir, aku harus menyelamatkan teman-temanku.
Harus banget kentang, ya? Ngga bisa kalau ngga bikin penasaran? :(
ReplyDelete